Jumat, 03 November 2017

BICARA TENTANG CINTA

Cinta

Saya pernah mencintai seseorang. Saya berusaha memahami apa yang dia suka, saya berusaha ikut menyukainya. Saya berusaha memahami apa yang dia tidak suka, saya berusaha untuk ikut tidak suka.
Kadang cinta itu tidak realistis. Ketika dia suka "cilok" daripada bakso, saya pun ikut-ikutan. Padahal saya penggemar bakso dan benci cilok. Bahkan saya pernah mengatakan cilok adalah makanan yang tidak mendukung gizi nasional.
"Apa kau pikir bakso lebih baik?" Tanyanya suatu hari
"Iya lah"
"Siapa bilang, itu msg nya banyak sekali. Kurang sehat" katanya meyakinkan. Dan saya rela untuk tidak menjadi pelanggan bakso di tempat mana saya biasa mangkal karena semua warung bakso dibilang "nggak onok rasane".
Beberapa tahun kemudian, rasa cinta pula yang membuatnya mampu membikin penthol bakso kesukaan saya yang bebas kemikel. Padahal betapa susahnya membikin bakso itu. Dan rasa cinta pula yang menyebabkan dia mendahulukan membuat bakso daripada membikin cilok kesukaannya yang sampai hari ini belum juga menemukan formula yang pas! Benar benar cintaku tak bertepuk sebelah!

Rasa cinta itu tak ada rumus. Tak ada dalil. Tidak ngurus apa efeknya. Cinta ya cinta saja. Lihatlah para bobotoh, bonex, holigan sampai dengan pencinta capres, mereka nggak ngurus seperti apa efeknya. Yang penting cinta saja. Nggak peduli akan berbalas ata bertepuk sebelah. Dan jangan kau ingatkan kalau tidak ingin mulut jontor digasak.

Cinta adalah tulus tanpa perlu mengatakan bahwa kau lebih cinta daripada yang lain. Dan juga tak perlu mengatakan bahwa cintaku dibalas lebih daripada yang lain.
Jika kita mulai menunjuk-nunjukkan sebesar apa cinta kita sungguh kita bukan sedang jatuh cinta tapi sedang nggaya saja.
Just love. No more.

Ketika kita mencintai Rasulullah maka kita akan mencari tahu seperti apa rasulullah. Seperti apa surah sirah dan sarirahnya nabi. Seperti apa "bleger"nya nabi. Seperti apa ucapan dan tindakan nabi. Seperti apa fikir nabi. Dan ketika kita ada rasa cinta, mahabbah, maka tak ada lagi yang bisa mengalahkan.
Bleger (fisik) nya nabi, walaupun kita item dan kecil nggak gagah kayak nabi yang orang Arab, kita berusaha meniru. Nabi bergamis kita tiru. Nabi bercelak kita tiru. Nabi bersiwak kita tiru. Nabi bersorban kita tiru. Bahkan ketika jenggot kita tidak lebih baik daripada jenggot kambing Jawa pun kita pelihara walaupun jelas tidak bisa sekeren jenggot para habib yang lebar berwibawa, apalagi jenggotnya nabi.

Tindakan nabi adalah segala tingkah laku nabi sehari hari baik makan minum tidur mandi ibadah baik yang diawali dengan Rasulullah qala maupun yang tidak ada perintah.
"Jangan berharap kau dapat pahala dengan berjubah bersurban itu. Nggak ada tuntunannya wong itu cuma urusan dunia, bahkan nanti di akhirat kau akan kecewa" kata seorang yang ahli ilmu pada suatu hari.
Nggak ngurus!

Sedangkan yang harus difahami dan paling penting dari semua rasa cinta adalah fikir nabi. Bagaimana nabi berpikir hidayah tercurah ke seluruh alam. Jika ada orang belum islam bagaimana bisa berislam. Jika ada orang islam sudah berislam bagaimana aktif beribadah. Jika sudah beribadah bagaimana aktif ikut memikirkan umat lain. Jadi tidak sekedar ibadahmu salah apa benar.

Cinta itu tulus. Tidak perlu menceritakan ke orang lain bahwa kita cinta. Tidak perlu mengajak orang lain untuk mencinta kayak kita. Karena bisa jadi orang lain itu kadar jatuh cintanya jauh lebih tinggi daripada kita. Gilanya jauh lebih tinggi daripada kita. Bahkan kegilaannya sampai taraf yang nggak bisa kita bayangkan sampai2 kita menuduhnya sesat.  Tak perlu kita menghakimi ungkapan cinta seseorang. Baik yang berbentuk tampilan fisik atau cinta sufi kepada Rabb nya dengan menari-nari swirling. Nggak tekan kita memghadang rasa cinta. Karena cinta seseorang bisa menyebabkan seseorang tampak goblog.

😍Pria mana yang tak suka
Senyummu juwita
Bila ada yang tak suka mungkin sedang goblog😍

"Bukan karena kota ini aku jatuh cinta, tapi karena di kota ini ada Ahliya"🌷🌷🌷
(Dari kisah Witono Majnun)

ZIARAH KUBUR bersama Bapak

Ziarah Kubur

Almarhum bapakku dulu sering mengajak saya "nyekar". Atau istilahnya ziarah kubur. Hampir setiap tahun 2x selalu nyekar. Sehari sebelum Ramadhan dan sehari sebelum Lebaran. Mbah-mbah dan mbah buyut semua didatangi. Baik dari jalur bapak maupun dari jalur sibu. Mulai yang terdekat satu desa sampai ke kecamatan lain. Selalu istiqomah, tak pernah absen.
Pada saat saya masih kecil, saya sering sambil nyekar "minta-minta" kepada si-mbah. Mbah, saya mau ulangan. Mbah saya mau ini, mau itu. Bapak mendengar cuma tertawa saja.

Ketika saya mulai besar, bapak mulai mengajarkan hakekat ziarah kubur. Beliau berkata, bahwa ziarah kubur adalah sunnah nabi yang salah satu tujuannya adalah ingat mati. Walaupun mendoakan itu bisa di mana saja, namun ketika berhadapan langsung dengan bekas jasad orang tua kita, akan lebih terasa bahwa kita suatu saat akan menyusul. Di depan kita hanyalah tanah yang tidak bisa memberi manfaat dan madharat, sedang semuanya yang menentukan adalah Allah. Kita tidak boleh minta-minta kepada si-mbah, justru kita lah yang sekarang kirim doa kepada mereka. Jika kita termasuk anak shalehnya, semua doa kita pasti diterima dan pasti sampai kepada yang kita doakan. Demikian bapak selalu dan selalu menanamkan kepada saya, sambil membersihkan rumput di atas makam.

Jangan seperti orang di desa sebelah (bapak menyebut nama desa), mereka menganggap ziarah kubur itu syirik sehingga kuburan leluhurnya dibiarkan "njembrung". Alias nggak terawat. Ora setuju aku! Kata beliau tegas.

Jangan pula seperti di desa itu (bapak menyebut lagi nama desa), di situ kuburan diuri uri. Dipakai "nyadran". Dikasih sesajen. Dimintai tolong untuk melariskan dagangan, melariskan usaha, itu nggak boleh! Kata bapak dengan tegas pula.

Setelah selesai dibersihkan, kami menabur bunga. Jangan kau anggap menabur bunga ini syirik, ini adalah penghormatan saja. Oleh karena itu jangan terlalu "ngoyo" mencari bunga "kembang boreh". Kalau ada bawa, kalau nggak ada jangan mengada ada.
Acara dilanjutkan doa bersama, dipimpin oleh bapak.
Pada saat berdoa saya sering main main. Bapak akan sangat marah. Justru doa inilah inti kedatanganmu kemari.

Ketika saya mulai remaja dan bapak sudah mulai melihat beberapa amalanku yang bisa jadi sedikit berbeda bapak tidak lagi mengajak saya. Tapi tanpa diajak saya selalu mengikuti sendiri jika bapak ziarah kubur. Bahkan pada saat berdoa, bapak berkata, kamu boleh mengikuti dengan mengaminkan saya, atau berdoa sendiri. Sama saja. Dan saya senantiasa mengikuti beliau berdoa.

Kini bapak telah tiada. Dan saya tidak bisa lagi rutin menziarahi kubur beliau karena terhalang jarak. Namun yang sangat berkesan adalah konsep beliau tentang ziarah kubur. Nggak tahu itu darii siapa. Dan nggak tahu pula apakah itu berdasar dalil atau tidak. Tapi sampai saat ini ajaran itu senantiasa saya ingat. Dan saya fahami. Dengan sedikit modifikasi tentu saja. Saya hanya berpikir, seandainya penjelasan tentang ziarah kubur sebagaimana yang pernah dijelaskan bapak, tentu tidak ada lagi debat kusir tak berguna tentang ziarah kubur. Wallahu alam.

Mudah-mudahan Allah mengampuni beliau.

Sabtu, 21 Januari 2017

INGIN BEBAS SEBEBAS MUNGKIN, TAPI..........

Suara kucing mengeong, kadang seporadis, kadang tanpa jeda. Ada apa gerangan kau kucing. Makanan telah tersedia sebagian kau lahap. Bahkan dot susu barusan kau minum sampai perutmu njemblung. Tapi suaramu itu?

Aku ingin kebebasan abi

Haa...kebebasan? Apa arti kebebasan itu untukmu kucing? Kau kemarin kelaparan sendirian di tepi jalan, kuadopsi engkau. Kau tak lagi bisa eek di atas tanah, karena senuantanah sudah dipaving,nkuajari engkau. Kau kelaparan tak ada makanan, kubelikan engkau makanan yang "pork free". Kau belum bisa minum karena seharusnya kau masih disusui indukmu, kubelikan dot untukmu. Ketika banyak kucing garong mau menerkammu, kau kumasukkan kandang sebagai perlindungan. Terus apa maumu?

Kau jangan menutupi kenyataan abi, antara melindungiku dari serangan garong dengan memenjarakanku, tampilan fisiknya sama, wong sama sama kau kerangkeng. Kau belikan aku makanan pork free sebenarnya itu agar kau bebas dari rasa khawatir, karena Allah tidak pernah mengharamkan pork untukku.
Kau mandikan aku, itu sebenarnya agar aku kelihatan bersih dan wangi agar kau tidak khawatir ketika aku jalan jalan masuk ruang pribadimu padahal sebenarnya aku paling anti air. Aku lebih baik gulung gulung di tanah berdebu daripada harus mandi.itu kodratku
Kau pungut aku, kau belikan makan, kau kasih minum, itu semua tidak jelas apakah untuk kepentinganku atau untuk kesenanganmu. Susah dibedakan abi.

Okelah cing, jangan banyak kalimat. Sekarang sudah terlalu banyak kalimat di dunia maya. Bahkan aku pun ragu itu kalimatmu sendiri apa settingan. Kalau begitu, pergilah. Pergilah dari rumah ini. Rengkuhlah kebebasanmu di dunia luar. Jangan kau terus di sini yang bisa membikin saya dibully pecinta "natural cat"

Tidak bisa. Enak saja menyuruhku pergi. Dunia luar terlalu kejam. Tak ada makanan. Terlalu buas. Aku bisa mati kelaparan sebagaimana kucing kucing kecil lain yang pergi dari rumahmu.

Yaelah cing, terus apa maumu? Aku memberimu makan dan perlindungan, kau tidak mau. Kau kusuruh pergi, juga tidak mau. Kau membingungkan tahu.

Aku ingin bebas tapi tetap kau beri makan,dalam perlindunganmu

Haaaa......terus gimana?

Aku ingin tetap di rumahmu, kau beri makan, kau beri perlindungan dari garong, tapi saya jangan dipenjara. Aku ingin masuk rumahmu, makan makananmu, ingin naik ke meja, mengudap hidanganmu, eek di sembarang tempat tidak harus di kotak, aku ingin ngodol odol kasur springbedmu untuk mengasah cakarku, aku ingin masuk ruang pribadimu dan sesekali aku akan ngodol odol tempat sampah untuk memuaskan naluri kekucinganku. Aku tidak mau aturan tapi mau makanan dan perlindunganmu. Jika ada yang menistamu aku tak mau menunjukkan sikap untuk membelamu, buat apa aku membelamu toh kau manusia yang derajat dan pola pikir lebih tinggi daripada bangsa kucing, jadi kau bela dirimu sendiri.
Aku ingin.......
Kau harus.....
Aku berkehendak....
Kau sebaiknya.....

STOP KUCING.
Kelangkuanmu elek banget. Kau ingin bebas tapi tetap ingin diakui sebagai warga rumahku. Tindakanmu itu preseden buruk bagi kucing lain, apalagi kucing yang tak berilmu. Kau sebenarnya nggocik, kayak orang mau bunuh diri tapi takut mati. Kau ingin bebas tapi tidak mau saya "sebratne" dati rumahku. Kau seeekor kucing oportunis tenan. Kau benar benar mau ngrusaki tatanan. Kau pengin enaknya saja. Kau merasa tahu aturan aturanku dan bebas menafsirkan apa saja. Kau tidak punya rujukan ilmu yang mumpuni tapi seenak sendiri. Atau bisa jadi kau punya ilmu tapi kau selewengkan demi hawa nafsu kekucinganmu. Kau.....
------------------
Kucing itu berjalan dengan angkuh. Dia benar benar kucing liberal.